Kisah ini
bermula pada waktu saya masih duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Di hari
pertama masuk sekolah aku sudah mulai minder dengan teman-temanku. Hari
berganti hari aku tidak menemukan teman yang klop denganku, hingga suatu ketika
ada teman yang iseng dan aku tidak suka dengan apa yang dia lakukan itu. Aku
kesal dan sempat terjadi perkelahian antara aku dan orang itu. Untungnya ada
salah seorang siswa yang melerainya, sehingga tidak ada guru yang tau. Mulai
saat itu aku semakin tidak mempunyai seorang teman, selalu sendiri dan tidak
ingin berbaur dengan mereka, karena mereka hanya menganggap bahwa aku itu anak
yang culun dan tidak menonjol di dalam prestasi belajar.
Kelas
1 sudah kulalui dengan berat dan penuh dengan tekanan, terkadang aku sering
sekali tidak masuk sekolah. Bila dihitung 1 semester bisa sebulan aku tidak
masuk dengan alasan sakit. Bisa naik kelas ke kelas 2 saja aku sudah bersyukur
bukan karna nilaiku yang dibawah KKM tapi karna absen yang terlalu banyak. Naik
ke kelas 2 semester 1 aku masih seperti kelas 1, jarang masuk, nilai yang
didapat juga ancur tapi aku mulai menemukan teman yang klop dan mau menerima
aku apa adanya. Masuk ke semester 2, aku mulai meningkatkan belajar dan mencoba
untuk tidak absen terlalu banyak. Alhasil di semeseter 2 aku masuk 10 besar.
Hasil kerja kerasku selama ini ternayata tidaklah sia-sia karena aku
mendapatkan rangking 8.
Aku
mulai bisa beradaptasi dengan pelajaran dan teman sekelas, namun tetap saja
masih ada orang yang tidak suka denganku dan membully diriku. Tidak terasa
kelas 2 sudah terlewati dengan perasaan gembira karena nilaiku yang memuaskan
hingga dapat masuk 10 besar. Di kelas 3 adalah puncak dari bullyan orang-orang
yang tidak suka denganku. Disaat itu juga nilai pelajaranku ancur kembali, bila
ada tugas kelompok aku selalu terabaikan dan tidak mempunyai kelompok terpaksa
aku harus mengerjakannya sendiri. Bila istirahat atau tidak ada guru yang masuk
aku pergi ke perpus untuk menghindari bullyan mereka. Disitu aku merasa malas
bila pergi ke sekolah sehingga aku terlalu banyak absen.
Aku
selalu melampiaskan kemarahanku dirumah, sehingga aku sering sekali melawan
orang tua dan aku selalu dimarahi mereka karna kelakuanku yang menyebalkan
dirumah padahal itu semua karena aku melampiaskan semua kekesalanku. Sampai
suatu ketika rasanya aku ingin berhenti sekolah tapi orang tuaku memberiku
semangat untuk melanjutkan sekolah, disitu aku mulai berpikir ternyata orang
tuaku itu amat sangat menyanyangiku dan aku mulai kembali semangat untuk sekolah.
Tapi setelah kembali sekolah aku mulai tertekan lagi dengan keadaan itu.
Singkat cerita akhirnya aku bisa lulus dengan nilai yang lumayan bagus, aku
tidak menyangka bahwa aku akan lulus karena terlalu banyak absen.
Dampak
dari konflik batin ini berimbas kepada keluarga, nilai pelajaran dan susah
untuk bersosialisasi. Setelah masuk SMA aku mulai menyadari bahwa Tuhan itu
adil dan aku mulai belajar dari kesalahan yang aku lakukan dulu sewaktu SMP.
Sekian
cerita saya tentang konflik batin. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi
pembelajaran bahwa pembullyan itu tidak baik untuk dilakukan. Kita harus bisa
belajar dari kesalahan.
Comments
Post a Comment